Senin, 29 Maret 2010

Terrified

You by the light
Is the greatest find
In a world full wrong you’re the thing that’s right
Finally made it through the lonely to the other side

You said it again my heart’s in motion
Every word feels like a shooting star
I’m at the edge of my emotions
Watching the shadows burning in the dark,
And I’m in love and I’m terrified.
For the first time in the last time
In my only life.

This could be good
It’s already better than last
And love is worse than knowing
You’re holding back
I could be all that you needed
If you let me try

I only said it cause i mean it
I only mean cause it’s true
So don’t you doubt what i’ve been dreaming
Cause it fills me up and holds me close
Whenever i’m without you

You said it again my hearts in motion
Every word feels like a shooting star
Watching the shadows burning in the dark
And I’m in love and I’m terrified
For the first time in the last time
In my only life

Minggu, 28 Maret 2010

PEMILU : sebuah parodi

Pemilu Presma dan Kahim di UNPAR bakal berlangsung sebentar lagi. gw jadi inget kajadian tahun lalu, bedanya ini terjadi menjelang Pemilihan umum PRESIDEN. gak pernah gw posting sebelumnya, yaudah sekarang 'iseng', gw posting. lumayan lah biar keliatan 'guna' nih gw bikin blog. hahha



Thursday, 9th april 2009
Gw memilih untuk pertama kali!!! Horay!!!
Walaupun tadi malam sempat dapet brifing dulu dari bonyok biar gak memilih partai PDIP dan Demokrat, jadi gw memutuskan untuk memilih PKS! Hehehehehehe
Kira2 seperti ini obrolan gw tadi malam.
Kriiiiiiiing kriiiiiiiiiiiiing
Gw : Haloh pah...
Bokap : haloh, ass...
Gw : walaikum salam. Hoaaaahmmmmmmmmmm, kenapa pah?
bokap : waduh baru jam sepuluh kamu udah tidur?
Gw : “iya, capek pah”
Bokap : udah dapet undangan buat milih besok gak?
Gw : Udah donk!!!
Bokap : bagus! Jadi kamu milih apa?
Gw : aku milih Demokrat ama PKS pah!
Bokap : eh jangan demokrat nak! Banyak korupsinya! Kata mama jangan Demokrat ama PDIP! PKS ama gerindra ajah, liat tuh iklannya penuh keterbukaan trus visi misinya jelas!
Gw :akh, gak mao gerindra! Ntar jadi diktator lagi kayak Soeharto! Lagian papap nih korban iklan. Iklan kan dibuat sebagus2nya buat menarik simpati. Yang penting tuh apa yang terjadi selama ini pap!
Bokap : iye-ye, yaudah terserah. Eh ngak, PKS ajah. Pokoknya DPR-RI ama DPDnya kamu milih PKS, yang lain2 sesuka hati kau lah!
Nah loh koq bokap gw jadi batak?!
Gw : okay pap!
Bokap : yasudah tidur lagi! Ass..
Gw : was...

Untung bokap gw bukan tim sukses PKS atau Gerindra. Soalnya kalo iya, dengan berat badan gw terpaksa ngelaporin dy ke Komite Pengawas Pemilu, dengan tuduhan penghasutan! Emang sih kalo dipikir-pikir keluarga gw gak demokratis dengan mengarahkaN PILIHan gw, tapi gw lebih suka menyebut tindakan mereka sebagai tindakan menyamakan persepsi, bukan tidak demokratis.

Kalo mau jujur sih kemaren2 gw udah hampir memutuskan untuk golput, tapi menimbang, memikirkan dan bertapa gw memutuskan bahwa gw punya hak dan kewajiban buat menentukan masa depan negara Indonesia tercinta ini! Hehehehehe

Pertama, dikelas politik Indonesia, gw dengan pongahnya berceloteh panjang lebar soal pemilu dan golput, sebenernya waktu itu gw masih berniat golput, tapi mendengar pendapat temen2 yang pada ngasih pendapat yang rada2 miris ke arah golput, gw jadi tertantang untuk memberikan pernyataan sebaliknya, abis kalo ngak debatnya garing donk! Masa semua milih golput! Hehehehehe

Kedua, kemaren hari rabu gw didaulat jadi bintang tamu buat acara “todays Dialogue” di Unpar Radio Station. Gw diminta ngasih pendapat sebagai orang yang tidak golput (which is I’m going to the election!). disitu gw dengan brengseknya bilang kalo tindakan golput adalah tindakan pengecut, bahwa kita harus berpartisipasi dalam merubah bangsa ini ke arah yang lebih baik, meskipun dalam suatu usaha tidak akan langsung menemui keberhasilan ada gagal atau berhasilnya, setidaknya dengan niat baik kita dalam pemilu akan berdampak bagi 5 tahun Indonesia kedepan. Whuahahahahhahahahha....taik!

Sotoy abis! Gw tau tuh pasti anak2 yang sekelas polin ama gw yang dengerin 107,7 FM URS pasti langsung tau kalo itu gw. Mati gw!

Bukan apa2 neh, tapi di fisip tuh apapun disorotin. Dan gw gak suka jadi pusat perhatian yang gak perlu. Intinya lu harus menjaga behavior lu selama ada dikampus 3 tercinta itu.

Balik lagi soal labilnya gw yang sehari sebelum election (tgl 8 tepatnya) baru memutuskan untuk memilih. tidak lain dan tidak bukan karena mendapat hasutan dari temen gw, Aiya lee a.k.a Sanjay Dutt, dy bilang kalo tinta yang dipake buat nyelupin jari abis milih tuh warnanya Ungu! Hahahahahha, bego yah. Tapi gw jadi tertarik juga! Udah gitu diforum2 pada ngomongin pemilu. Jadilah gw semakin tergila2, mana orang tua gw freak banget soal pemilu.

Gila yah mereka sampe begadang buat nentuin pilihan mereka, nelpon gw malem2 cuman buat mastiin pas pemilu besok gw gak menjerumuskan bangsa ini ke jurang kehancuran, korupsi, kolusi dan nepotisme (halah lebay!)


Jauh mimpi terbang
Percayalah pada satu titik akan tercipta
Nyanyian harapan mengalun
Dendangkan dengan tetesan peluh perjuangan
Jatuh bangun menata kekuatan
satu puzzle tidak akan menunjukan gambaran cerita
sekali mengayuh tidak akan mencapai apa2
apa yang kita lakukan hari ini adalah awal dari perjalanan panjang
demokrasi tidak dibangun dalam satu malam
ini bukan cerita Suku Maya
ini cerita bangsa kita
maukah ikut menulisnya bersama?

Lhya...
Harapan gw di pemilu 2009 ini bisa membawa kebaikan.
Sudah cukup kayaknya anggota2 DPR itu mencekoki keluarganya dengan uang korupsi
Sudah cukup gw melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendahulukan orang kaya dan meninggalkan orang kecil.
Halah, jadi panjang lebar lagi gw!
Bye...

Ardikana Melukis Mimpi


Nama galeri lukis kecil itu adalah Ardikana, sama dengan nama sang pemilik, D. Ardikana. di dalam ruangan berukuran 2x2 meter ini, Ardikana mengerjakan lukisan-lukisan pesanan pelanggannya. terletak di Pasar Seni ITB no. ^(, Ardikana membuka usahanya sejak sebelas tahun yang lalu. sebelumnya, ia membuka galeri di Bali, namun sejak peristiwa Bom Bali 1 tahun 202 silam, ia memutuskan untuk pindah ke Bandung dan menjadi ketua sekaligus pengajar di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi.

Berawal dari hobi, Ardikana kemudian menekuni dunia seni rupa, khususnya seni lukis dengan masuk ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, yang dilanjutkan dengan menempuh jurusan seni rupa di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung. Pada tahun 1986, Ardikana yang saat itu telah memiliki usaha optik dan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi memilih untuk meninggalkan kemapanannya, dan mengejar panggilan jiwanya sebagai seorang pelukis.
Pelukis yang menggemari Piccaso dan Antonio Blanco ini telah melayani banyak pemesanan lukisan untuk dalam dan luar negeri. Pelanggannya berasal dari beberapa negara di antaranya, Inggris, Belanda, Australia, dan yang sedang digarap sekarang adalah lukisan pesanan HI Gallery dari Singapura. “Pelanggan terbanyak saya berasal dari Australia, karena dulu saya pernah pameran di Perth pada tahun 1999,” jelas Ardikana. Untuk gaya lukisannya, ia mengaku tak punya patokan dalam melukis, “Yang pasti saya menyeimbangkan antara idealisme dengan komersialisasi lukisan. Yang penting, dapur saya tetap ngebul.”
Untuk pembelian alat-alat lukisnya, Ardikana mengeluarkan budget sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Adapun peralatan lukis yang dibeli antara lain, cat akrilik, cat warna, kuas, dan media lukis yang terdiri dari kanvas polos, kayu, triplek, serta yang terbaru adalah penggarapan lukisan wayang di atas batik tulis. Adapun harga yang dipatok untuk satu jenis lukisan, berkisar antara ratusan ribu sampai puluhan juta, dan tidak ada pembedaan harga untuk pemesan domestik, maupun luar negeri. “Harga sih relatif, tapi untuk beberapa yang dikomersilkan, ada kompromi harga, lah.” ungkapnya lagi.
Ketika saya meliput galeri Ardikana tersebut, tidak tampak pengunjung yang tertarik untuk Untuk melayani penjualan lukisannya sendiri, Ardikana dibantu oleh manajemen yang diawasi sendiri olehnya. Biasanya pihak manajemennyalah yang melayani pembelian dari pihak luar negeri, sedangkan untuk pesanan dari galeri Indonesia, bisa langsung menghubungi Ardikana, “Karena kebanyakan galeri sudah kenal dengan saya. Begitu pula dengan pemesan langsung yang datang ke Pasar Seni.” Untuk mempromosikan desain lukisan terbarunya, Ardikana akan mengirimkan email kepada galeri yang memesan lukisannya.
Ketika ditanya apakah pemerintah memberikan andil dalam perkembangan usahanya, dengan senyum terpaksa ia menjawab, “Saya sih kurang interest kalau diajak kerja sama dengan pemerintah. Takutnya kami, para pelukis, hanya dijadikan alat bagi pemerintah.” Terbukti atas hasil usaha dan kerja keras tanpa bantuan pemerintah pun, Ardikana mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga menjadi sarjana, bahkan anak keduanya yang mewarisi darah seni dari sang ayah, telah membuka usaha desain grafis. Tantangan terbesarnya sebagai seorang seniman adalah kurangnya kebersamaan dengan keluarga. Menurut pengakuannya, dari 32 tahun pernikahannya, terhitung hanya lima tahun ia berada di rumah, selebihnya ia habiskan di galeri seni atau ke luar sekadar mencari inspirasi. Pernah Ardikana menghabiskan dua hari tanpa tidur untuk menyelesaikan lukisan untuk pameran yang mengakibatkan Ardikana jatuh sakit, sehingga sang istri kerap mengeluhkan kebiasaannya namun di saat bersamaan ia tetap mendukung Ardikana untuk terus berkarya.
Ketika ditanya apa yang akan ia lakukan di hari tuanya, dengan senyum mengembang Ardikana berujar, “Saya akan tetap melukis sampai saya tidak mampu lagi, karena bagi saya melukis adalah hidup saya.”

Kamis, 25 Maret 2010

melepaskan kepastian untuk ketidak pastian (my Workshop Story)

belajar itu bisa dari mana saja dan dari siapa saja.
gak nyangka dua hari ini gw mendapat pelajaran berharga dari seorang Preman yang udah bolak balik penjara dan seorang Pelukis paruh baya yang melukis digaleri kecilnya.
dan pengalaman itu yang gw dapatkan dari membuat artikel Profil orang2 biasa yang 'ternyata' Luar biasa' di workshop selama dua hari ini. gw gak akan nyerita panjang soal mereka, gw cuman cerita soal apa yang gw dapet dari mereka.

dari dua orang yang gw explore profilnya ini, gw banyak banget belajar.
narasumber pertama gw adalah seorang mantan preman yang biasa dipanggil 'Kopral', kisah yg gw denger dari dia bener2 membuat gw speechless. mulai dari ceritanya mengenai dirinya yang kabur dari rumah neneknya di Kalimantan untuk mencari orangtuanya yang merantau ke Jakarta dengan menjadi penumpang gelap sebuah kapal barang disaat usianya baru 5 tahun. kemudian cerita tentang kerasnya kehidupan di jalanan jakarta yang menyeretnya kedalam lubang hitam kriminalitas sampai perkenalannya dibandung dengan mahasiswa2 yg bergerak di LSM yang membantunya keluar dari lubang hitam hidupnya. kopral sekarang membuka usaha daur ulang kertas berkat bantuan dari mahasiswa dan LSM2, dia bertekad memperbaiki nasib anak2 jalanan lain dan memperbaiki kinerja LSM2 yang tidak maksimal. kopral sekarang telah memiliki keluarga dan telah bertemu dengan Ibunya yang ternyata telah berpisah dengan ayahnya dan sekarang telah punya keluarga baru, sedangkan ayahnya sekarang berada di Papua, entah apa yang sedang dy lakukan disana, yang pasti ketika Kopral memintanya untuk datang menjadi wali ketika Kopral menikah, ayahnya cuma bisa memberikan janji kosong yang membuat Kopral kecewa. gw iseng nanya "apa yang bakal lu lakuin klo ketemu bokap lu, Pral?" dengan semangat dimatanya dy bilang " mau gw marahin dy!" saking dahsyatnya cerita Kopral, gw sampai gak rela memotong setiap omongannya.

sedangkan orang kedua yang gw wawancarai adalah seorang pelukis di Pasar Seni ITB bernama Adrikana.
kenapa kami memilih orang ini? simpel, hanya dia pelukis yang sedang ada digalerinya. galeri2 yang lain tidak ada pelukis yang menunggui. tapi 5 menit kemudian, gw sadar bahwa gw udah memilih orang yang tepat. pelukis denga perawakan mirip Harry Roesly ini bahkan harus membayar mahal untuk menjadi seorang pelukis sebenarnya, bukan hanya sebagai hobi tapi hidup dari lukisannya itu sendiri. adrikana dahulu adalah seorang kontraktor dan memiliki sebuah optik, namun untuk mencapai hasrat melukisnya dia rela melepaskan kenyamanan hidupnya dari usaha itu dengan menjualnya dan beralih membuka galeri dan sanggar lukis sampai sekarang.

banyak banget yang gw dapet dari mereka, dari cerita mereka, dari pengalaman mereka.
ada dua kesamaan yang gw dapet dari dua orang ini.
Pertama, mereka berdua rela melepaskan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup mereka.
kata Kopral, dulu dia tinggal nunggu aja setoran duit dari anak2 yang bertugas ngemis, nyopet, ngamen dan lain2. sekarang dia harus berusaha keras bekerja membanting tulang untuk mendapat sedikit uang halal, tapi imbalannya adalah kehidupan bersih yang lebih baik.
sedangkan Pak Adrikana, beliau rela melepaskan pekerjaan kontraktor dan OPtik yang sudah pasti pendapatannya dan memberikan waktu yang lebih banyak untuknya bertemu keluarga dibanding pekerjaan melukis yang menyita waktu, tenaga dan pikiran.

kesamaan kedua mereka yaitu mereka sama-sama ingin membuat buku biografi dirinya. mereka ingin memberikan inspirasi bagi orang lain dan memberikan sebuah wacana baru bagi pemikiran orang2 yang berfikir bahwa dunia hanya tentang baik dan buruk, hitam dan putih.

ketika tadi gw sedang nyetir untuk pulang sehabis workshop, gw menyadari bahwa gak perlu susah2 untuk mencari inspirasi akan sesuatu. gw udah dua kali dalam dua hari membuktikannya. yang harus gw lakukan hanya membuka diri, turun ke jalan, pilih orang secara acak sesuka hati, interview dari hati kehati, perlahan masuk ke inti, dan gw bakal dapat sebuah cerita, pengalaman yang gak pernah gw bayangkan sebelumnya.

Gw bingung ketika harus mengakhiri artikel Profil mereka. Gw merasa harus membuat sebuah 'closing' yang keren, yang bisa memberikan efek dramatis. tapi kemudian gw sadar, cerita tentang hidup mereka sendiri sebenarnya adalah merupakan pembuka dan penutup yang dramatis dan mengagumkan. sebuah kalimat yang tidak diperlukan hanya akan merusak harmony ceritanya.

F.A.K.E

jijik gw liat dy, males denger suara dia, risih bediri dekat dia

dia
tertawa paling lantang agar suaranya terdenger 10 oktaf lebih tinggi dari tawa orang lain
dia menuding orang-orang dengen sebutan "alay", agar tidak ada orang yang berani berkata bahwa sebenarnya yang "alay" itu dia
dia akan bicara tanpa henti agar orang-orang berpaling dan minimal melihat ke arahnya
dia akan bicara apa saja agar orang2 berpikir dia yang paling tahu segalanya
dia akan selalu menemukan dan membicarakan kejelekan orang, walau orang itu udah berusaha berlaku baik
dia akan mengatai orang lain sampai orang itu malu, hanya untuk membuat dia merasa lebih baik dari orang itu

dan semua itu untuk apa? hanya agar dia diperhatikan
karena dia tidak punya hal lain yang bisa dibanggakan
kasihan...

Minggu, 21 Maret 2010

when you let your hearts win

harusnya sekarang lagi buat tugas komin ama paper reskon. tapi malah bolak balik buka fb orang itu. hahhaha

let it flow...
gw gak pernah percaya ama ungkapan ini.
dalam hidup gw semuanya udah terencana.
apa yang gw punya, lakukan sekarang dan yang akan gw hadapi kedepan, semuanya sudah pernah terlintas dalam benak gw.
itu mengapa gw selalu membuang muka, memutar mata dan mendesah malas ketika ada orang yang mengucapkan 'Let It Flow aja Lhya...'

for me
'Let it flow' in Plan making means to No Plan!
'Let it Flow' in relationship means no Commitment!
'Let it Flow' in study means no A grade!
'Let it Flow' in life means no future!


aduh susah ini diungkapinnya.
perasaan saat lu merasa memiliki alasan untuk tahu, tapi memilih untuk diam.
tapi dilain pihak lu gak punya alasan untuk mencari tahu tapi hati lu menggerakkan tangan lu untuk nge-klik nama dy, dan muncullah profil dia. hahahha
strange, idiots, nuts, pathetic, you name it!

It's about two people who likes each other but too ashamed to tell their feelings.

no no no
mungkin buat cewek ini bukan terlalu malu untuk mengakui,
mungkin karena dia belum merasa mengenal orang ini,
mungkin karena rasa nyaman yang dirasain sekarang terlalu beda,
mungkin karena dia gak mau 'terlalu' cepet',
mungkin karena dia terlalu memikirkan apa kata orang tentang orang ini,
mungkin karena sebenarnya dia cuman pengen mainin orang ini,
mungkin karena orang ini terlalu jelas terbaca,
mungkij karena dia belum siap mengikat diri,
mungkin karena dia takut jatuh cinta lagi?
mungkin mungkin dan mungkin
semua opsi diatas itu baru 'kemungkinan'
karena sampai kesekian kalinya gw buka profile orang ini,
gw belom bisa menentukan perasaan gw


berkali kali dilihat pun tetap saja bikin senyum2 sendiri! hahha
labil

emang bener sih, rasio dan hati itu gak akan pernah ketemu.
saat gw putus gw mulai membangun sebuah sketsa hidup gw kelak,
akan seperti apa orang yang gw harepin dateng nantinya,
akan bagaimana cara pacaran kita,
akan seperti apa gw menempatkan diri gw,
kita gak pernah tau,
bahkan saat sekarang pun gw accidentaly menemukan sebuah sketsa baru,
sketsa yang bener2 baru,
yang belom pernah gw temuin sebelumnya
gw pun belum tau seperti apa gambar yang akan muncul disana
dan ketika sampai pada sudut ini
apakah gw akhirnya akan berkata 'Let it flow'...?

Minggu, 14 Maret 2010

hujan

Hujan
hanya hujan yang tau bagaimana menghadapi kerasnya tanah.