Kamis, 29 April 2010

I asking some (Q)uestion and they (A)nswear


"your biggest influence is sitting next to you". sebuah kutipan dari 'sinetron' bule Greys Anatomy. Influence gw adalah orang-orang disekitar gw, gw bukan pembaca buku-buku berat yang inspirasional seperti Gandhy, Krishnamurti, no no no... (*sampai sekarang gw berniat untuk baca tapi gak pernah kesampaian).

sejak SMA gw uda tinggal sendiri, jadi Orang Tua adalah pnyumbang yaaah...only inspiring me for at least 5% through my teen age. selebihnya Temen, orang tua temen, pekarya BPI, TU BPI, guru-guru BPI, guru BP, satpam BPI, duta (tukang es teh depan BPI), uwe (tukang cakue depan BPI), orang-orang diangkot dan bus, semua orang yang berinteraksi dengan gw setiap harinya. dan sekarang ketika kuliah, semakin banyak orang yang bikin gw amaze, orang-orang tukang mabok yang gw temuin ternyata gak secetek yang gw bayangkan pemikirannya, dosen-dosen yang emang dari sananya brilian ternyata punya cara pandang yang 'unik' ketika dihadapkan dalam masalah-masalah tertentu, anak-anak radio(*soo much to talk about them)...

ini penggalan obrolan yang menginspirasi gw ampe sekarang. beberapa obrolan baru gw dapatkan beberapa hari yang lalu. (^o^)
keterangan subjek:
gw: Lhya Yuslan a.k.a gw sendiri!
Q: Question (anonim)
A: Answear (anonim)
here the talk.....

Q: apa yang lu takutin lhy?
Gw: gw takut apa yang gw pilih ternyata gak sesuai apa yang gw harepin.
A: Loh bukannya itu yang namanya HIDUP yah lhy? HIDUP itu mengenai gimana menghadapi sesuatu yang lu takutin. lu gak bisa terus berada dalam "Area Kenyamanan" lu terus. Lu harus nyoba sesuatu yang baru. HIDUP lu cuman sekali. Take the Chance!

gw: menurut lu, gw bisa? gw mampu bertahan nantinya kalo ini yang gw pilih?
A: pertanyaan lu adalah pertanyaan yang Mario Teguh bahkan semua motivator di dunia ini gak akan mungkin bisa jawab hanya dengan Ya dan Tidak. Lu harus percaya ama diri lu. ketika lu jalanin, apa kata orang, reaksi lingkungan, itu udah gak akan jadi masalah...

Gw: Gimana kalo gw gak cukup baik? gak capable?
A: yah, HIDUP itu proses buat belajar! jangan berikan pilihan lain buat diri lu. cuman ada dua pilihan didunia ini yang boleh lu pilih BERHASIL dan SUKSES! jangan pernah nambahin kata gagal sebagai pilihan!

Gw: gimana klo gagal? gimana gw harus ngadepin setiap harinya?
A: ya kalo gitu jangan sampai gagal. jadiin motivasi untuk terus mempertahankan itu terus dong.

Gw: tapi menurut lu gw cupu banget gak sih? gak bisa ngerokok? gak bisa diajakin minum-minum? party-clubbing aja gw jarang banget...paling klo bener2 pengen dan ada anak-anak...
A: lah kenapa gak lu cobain tuh minum2-ngerokok? hidup lu cuman sekali. lagian gw percaya lu tau batasan lu. entah batasannya seteguk2 doang atau ampe mabok teler parah, ya itu batasan yang lu ciptain. lu bisa nahan diri selama ini buat gak masuk ke situ, masa iya lu gak bisa ngebatasin diri ketika berada disitu?

Q: bukannya akan lebih menarik kalo lu dihadapkan pada sesuatu yang bener- bener "sembrawut"? itu akan jadi tantangan tersendiri buat lu untuk ngerubah jadi lebih baik?
Gw: gw tipe yang mencintai apa yang gw pilih, ketika gw berusaha ngerubah sesuatu, gw bakal kehilangan sesuatu yang dulu buat gw tertarik untuk terjun kesitu...
Q: oh yaudah gw gak bisa bilang apa-apa lagi..(Zzzz)

Gw: lu ngomong kayak gini ke gw, emang lu gak pernah nyesel karena udah mengambil pilihan yang salah? atau lu nyesel kenapa gak lebih dulu ngelakuin hal yang dilakuin ama orang lain? masa selama hidup, lu gak pernah ngeliat kebelakang...
A: gw pernah ngliat album FB foto seorang cowok, disitu ada sealbum foto ceweknya yang isinya 100an foto tentang cewek itu, yang bikin cowok itu gak pernah berenti tergila-gila ama ceweknya. waktu itu gw nyesel banget, gw uda pacaran bertahun-tahun tapi gak pernah terpikir dikepala gw buat bikin sebuah album tentang pacar gw, padahal gw sangat ngehargain dia tapi gw selama ini gak pernah nunjukin dalam suatu bentuk senyata temen gw yang bikin album ceweknya padahal mereka baru pacaran beberapa bulan. dan kemudian gw nonton sebuah film yang kemudian nyadarin gw, ada sebuah dialog di film itu kayak gini "Never try to live on other people life or trying to be somebody else that you are not!". pacar gw mencintai gw karena apa yang gw punya, gw yakin kok. buktinya liat aja masih sampe sekarang...





see.. your biggest Influence are sitting next to you right now.

Kamis, 08 April 2010

Teti Marsaulina Simanjuntak : “Impossible is Nothing”


Siapa yang menyangka bahwa penyiar OB radio Cimahi dengan segmen anak muda ini adalah salah seorang dosen fakultas Hukum Unpar. seperti biasa, nampak senyum ceria khas Teti Marsaulina Simanjuntak menyambut ketika ditemui di ruang dosen fakultas hukum Unpar pada Rabu (2/3) siang.

Teti Marsaulina Simanjuntak tidak menyangka akan menjadi dosen Unpar seperti sekarang. Pada awalnya Teti, sapaan akrabnya, bercita-cita untuk menjadi seorang hakim. Cita-cita ini didorong oleh teman-teman semasa SMA-nya karena kepandaiannya dalam pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan kepiawaiannya dalam berbicara dan berdebat di forum-forum umum. Hal itu jugalah yang mendorong Teti untuk masuk fakultas Hukum Unpar.
Setelah lulus dari Unpar, ia mengikuti ujian advokat dan berhasil lulus, kemudian diambil sumpahnya sebagai seorang Advokat. Seiring berjalannya waktu, Teti menyadari bahwa profesi sebagai hakim tidaklah semulia apa yang dibayangkannya. Ada banyak penyalahgunaan kewenangan dalam profesi tersebut saat ini. Hal ini menurut Tety, membuat hakim menjadi sosok yang tidak independen lagi. Ditengah kebingungannya saat menunggu panggilan pekerjaan yang belum datang, salah satunya lamarannya yang dia ajukan ke Universitas Parahyangan, Teti sempat berpikiran untuk menjadi seorang reporter. Teti merasa profesi ini sangat cocok dengan visinya yaitu dapat melaporkan kebenaran dengan independen. Namun nasib berkata lain, satu tahun setelah menunggu panggilan kerja, dia diterima sebagai dosen di Fakultas Hukum UNPAR. Teti tidak ragu menerima pekerjaan ini, menurutnya sebagai seorang dosen, keinginannya untuk tetap memegang teguh idealisme dan independen dapat terus terjaga.
Pada masa-masa awal kariernya sebagai dosen di UNPAR, Teti terkenal sebagai dosen yang sangat galak dan tegas terhadap mahasiswanya. Namun ketika menimba ilmu di Amsterdam, Belanda sosok itu berubah menjadi sosok yang friendly dan murah hati. Teti belajar bahwa dengan menghargai dan bersikap lembut, mahasiswa akan merasa lebih nyaman belajar bersama sang dosen.
Pada tahun 2001-2004, ia pernah menjabat sebagai wakil dekan I, kemudian pada tahun 2005 wanita yang sangat mengagumi John C. Maxwell ini memutuskan untuk menjadi seorang pengacara komersil. Namun, pada sekitar tahun 2005-2006 ia mengalami “tamparan” yang sangat keras, yang membuat ia kemudian berkomitmen pada tahun 2007 untuk menjadi pengacara yang hanya memihak orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas secara struktural. Hal inilah yang membuat Teti bergabung dengan LBH dan membantu proses hukum yang diajalankan di dalamnya.
Dari perjalanan karirnya selama ini, alumni SMAN 4 Bandung ini meyimpan cita-cita sederhana, ia ingin menjadi seorang penulis dan juga ingin mendirikan sebuah rumah singgah. Rumah singgah ini akan diperuntukkan bagi orang-orang yang terbuang atau terasingkan dari masyarakatnya karena memperjuangkan kebenaran.
Selain menjadi dosen, Teti juga berprofesi sebagai penyiar di salah satu radio bersegmen anak muda di Cimahi. Acara yang diberi nama Positive Corner ini memberikan motivasi kepada anak muda untuk menghadapi masalahnya secara positif. Profesi tambahan ini dilakoninya secara sukarela tanpa bayaran dari pihak radio.
Teti sangat berharap mahasiswanya kelak berhasil menimba ilmu hingga lulus dapat menjadi orang yang sukses, dalam arti berguna bagi masyarakat dan dapat menginspirasi banyak orang. Teti berpesan bahwa dalam menghadapi situasi hukum di negeri ini, setiap orang harus membuat perubahan dari diri masing-masing terlebih dahulu. Menurut beliau pada masa seperti saat ini, sangat penting untuk menjaga idealisme dan berani mengambil tindakan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. “Terlalu banyak komentator di negeri ini sudah saatnya orang mulai bertindak”, pesannya.
Indonesia membutuhkan banyak orang seperti Teti Marsaulina yang mampu mempertahankan idealismenya di tengah godaan menjamurnya mafia peradilan yang menghalangi tegaknya hukum di Indonesia. “Jangan sampai kita menggadaikan idealisme kita hanya untuk uang. Dengan loyalitas dan integritas, insya allah uang akan datang dengan sendirinya”, tuturnya dengan gelak tawa.