
Nah setiap hari jam 6 sore orang2 bakal ngumpul dipantai buat ikutan nglepasin penyu ini. Gw dan temen2 gw yang ‘Kekotaan’ sekali (katro kali bahasa gaulnya) ini sangat kegirangan mendekati kampungan begitu dikasihin masing2 1 penyu buat dilepasin. Kita megangin masing-masing penyu dan ngajak ngobrol penyunya, punya gw bahkan sempet gw kasih nama Unyu. Begitu semua orang udah megang penyunya masing-masing, petugas bakal ngitung sampe 3 kemudian kita boleh ngelepasin penyunya. Begitu hitungan ketiga orang-orang termasuk gw dan temen-temen gw ngelepasin penyu-penyu kita, orang-orang pada teriak nyemangatin penyunya biar semangat penyunya jalan menuju pantai (mereka pikir itu penyu2 pada ngerti apa)
Tiba-tiba ada ibu-ibu bego yang bukannya meletakkan penyu dengan hati-hati keatas pasir, penyu yang dia pegang malah dilempar ke laut dengan tidak berperi-kepenyuan! Gw dan teman-teman gw menatap penyu yang terbang di udara hingga mendarat di pasir itu sambil menahan napas. Kasihannya, penyu itu mendarat dengan posisi terbalik, salah satu orang membantu penyu itu membalikkan diri agar penyu itu bisa kembali berjalan ke pantai. Dengan susah payah penyu ini (iya yang digambar bawah ini) berjalan ke pantai.

Usaha penyu ini gak gampang, setiap udah mau mendekati air, ombak yang datang bergulung mengembalikan penyu ini kembali ke pantai, beberapa kali dengan susah payah penyu ini berusaha bangkit kembali dan merangkak ke pantai. Ada temen gw yang pengen mengangkat penyu ini dan membawanya ke laut agar penyu ini bisa langsung berenang, namun petugas menghalangi, dia khawatir temen gw bakal nginjek salah satu anak-anak penyu yang sudah duluan berada dekat air yang mungkin tidak kelihatan karena tertutup pasir dan air. Petugas itu ngejelasin bahwa dari 100 penyu yang dilepasin, hanya satu yang mampu bertahan hidup hingga besar dan kembali ke pantai untuk bertelur.
It make me think, penyu-penyu ini kayak sperma, kayak kita dulu, jumlahnya ratusan, semuanya berebut berenang mendekati 1 telur (mari asosiasikan dengan laut), dan akhirnya yang jadi pemenang (embrio) hanya yang paling kuat, yang mampu bertahan menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitar kita.

Semua orang yang mendengar penjelasan petugas ini menatap si Penyu dengan sangsi apakah dia bakal bertahan hidup dan kembali ke pantai untuk bertelur nantinya. Gw tersenyum, dalam hati gw berdoa buat penyu itu, dalam hati gw berteriak ‘Go away, find your life, make love with your lover and get back here to kick their ass! Show them that you are not as weak as they think! Amin…’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar