Minggu, 28 Maret 2010

Ardikana Melukis Mimpi


Nama galeri lukis kecil itu adalah Ardikana, sama dengan nama sang pemilik, D. Ardikana. di dalam ruangan berukuran 2x2 meter ini, Ardikana mengerjakan lukisan-lukisan pesanan pelanggannya. terletak di Pasar Seni ITB no. ^(, Ardikana membuka usahanya sejak sebelas tahun yang lalu. sebelumnya, ia membuka galeri di Bali, namun sejak peristiwa Bom Bali 1 tahun 202 silam, ia memutuskan untuk pindah ke Bandung dan menjadi ketua sekaligus pengajar di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi.

Berawal dari hobi, Ardikana kemudian menekuni dunia seni rupa, khususnya seni lukis dengan masuk ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, yang dilanjutkan dengan menempuh jurusan seni rupa di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung. Pada tahun 1986, Ardikana yang saat itu telah memiliki usaha optik dan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi memilih untuk meninggalkan kemapanannya, dan mengejar panggilan jiwanya sebagai seorang pelukis.
Pelukis yang menggemari Piccaso dan Antonio Blanco ini telah melayani banyak pemesanan lukisan untuk dalam dan luar negeri. Pelanggannya berasal dari beberapa negara di antaranya, Inggris, Belanda, Australia, dan yang sedang digarap sekarang adalah lukisan pesanan HI Gallery dari Singapura. “Pelanggan terbanyak saya berasal dari Australia, karena dulu saya pernah pameran di Perth pada tahun 1999,” jelas Ardikana. Untuk gaya lukisannya, ia mengaku tak punya patokan dalam melukis, “Yang pasti saya menyeimbangkan antara idealisme dengan komersialisasi lukisan. Yang penting, dapur saya tetap ngebul.”
Untuk pembelian alat-alat lukisnya, Ardikana mengeluarkan budget sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Adapun peralatan lukis yang dibeli antara lain, cat akrilik, cat warna, kuas, dan media lukis yang terdiri dari kanvas polos, kayu, triplek, serta yang terbaru adalah penggarapan lukisan wayang di atas batik tulis. Adapun harga yang dipatok untuk satu jenis lukisan, berkisar antara ratusan ribu sampai puluhan juta, dan tidak ada pembedaan harga untuk pemesan domestik, maupun luar negeri. “Harga sih relatif, tapi untuk beberapa yang dikomersilkan, ada kompromi harga, lah.” ungkapnya lagi.
Ketika saya meliput galeri Ardikana tersebut, tidak tampak pengunjung yang tertarik untuk Untuk melayani penjualan lukisannya sendiri, Ardikana dibantu oleh manajemen yang diawasi sendiri olehnya. Biasanya pihak manajemennyalah yang melayani pembelian dari pihak luar negeri, sedangkan untuk pesanan dari galeri Indonesia, bisa langsung menghubungi Ardikana, “Karena kebanyakan galeri sudah kenal dengan saya. Begitu pula dengan pemesan langsung yang datang ke Pasar Seni.” Untuk mempromosikan desain lukisan terbarunya, Ardikana akan mengirimkan email kepada galeri yang memesan lukisannya.
Ketika ditanya apakah pemerintah memberikan andil dalam perkembangan usahanya, dengan senyum terpaksa ia menjawab, “Saya sih kurang interest kalau diajak kerja sama dengan pemerintah. Takutnya kami, para pelukis, hanya dijadikan alat bagi pemerintah.” Terbukti atas hasil usaha dan kerja keras tanpa bantuan pemerintah pun, Ardikana mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga menjadi sarjana, bahkan anak keduanya yang mewarisi darah seni dari sang ayah, telah membuka usaha desain grafis. Tantangan terbesarnya sebagai seorang seniman adalah kurangnya kebersamaan dengan keluarga. Menurut pengakuannya, dari 32 tahun pernikahannya, terhitung hanya lima tahun ia berada di rumah, selebihnya ia habiskan di galeri seni atau ke luar sekadar mencari inspirasi. Pernah Ardikana menghabiskan dua hari tanpa tidur untuk menyelesaikan lukisan untuk pameran yang mengakibatkan Ardikana jatuh sakit, sehingga sang istri kerap mengeluhkan kebiasaannya namun di saat bersamaan ia tetap mendukung Ardikana untuk terus berkarya.
Ketika ditanya apa yang akan ia lakukan di hari tuanya, dengan senyum mengembang Ardikana berujar, “Saya akan tetap melukis sampai saya tidak mampu lagi, karena bagi saya melukis adalah hidup saya.”

1 komentar:

  1. Sebagai teman sekolah saya bangga, dengan keteguhan hati, kejujuran, kesetiaaan kepada kompetensi serta selalu hangat kepada sobat..semoga Allah SWT mencurahkan barokah & RakamatNya...Amien -Dudi-tea

    BalasHapus