Kamis, 25 Maret 2010

melepaskan kepastian untuk ketidak pastian (my Workshop Story)

belajar itu bisa dari mana saja dan dari siapa saja.
gak nyangka dua hari ini gw mendapat pelajaran berharga dari seorang Preman yang udah bolak balik penjara dan seorang Pelukis paruh baya yang melukis digaleri kecilnya.
dan pengalaman itu yang gw dapatkan dari membuat artikel Profil orang2 biasa yang 'ternyata' Luar biasa' di workshop selama dua hari ini. gw gak akan nyerita panjang soal mereka, gw cuman cerita soal apa yang gw dapet dari mereka.

dari dua orang yang gw explore profilnya ini, gw banyak banget belajar.
narasumber pertama gw adalah seorang mantan preman yang biasa dipanggil 'Kopral', kisah yg gw denger dari dia bener2 membuat gw speechless. mulai dari ceritanya mengenai dirinya yang kabur dari rumah neneknya di Kalimantan untuk mencari orangtuanya yang merantau ke Jakarta dengan menjadi penumpang gelap sebuah kapal barang disaat usianya baru 5 tahun. kemudian cerita tentang kerasnya kehidupan di jalanan jakarta yang menyeretnya kedalam lubang hitam kriminalitas sampai perkenalannya dibandung dengan mahasiswa2 yg bergerak di LSM yang membantunya keluar dari lubang hitam hidupnya. kopral sekarang membuka usaha daur ulang kertas berkat bantuan dari mahasiswa dan LSM2, dia bertekad memperbaiki nasib anak2 jalanan lain dan memperbaiki kinerja LSM2 yang tidak maksimal. kopral sekarang telah memiliki keluarga dan telah bertemu dengan Ibunya yang ternyata telah berpisah dengan ayahnya dan sekarang telah punya keluarga baru, sedangkan ayahnya sekarang berada di Papua, entah apa yang sedang dy lakukan disana, yang pasti ketika Kopral memintanya untuk datang menjadi wali ketika Kopral menikah, ayahnya cuma bisa memberikan janji kosong yang membuat Kopral kecewa. gw iseng nanya "apa yang bakal lu lakuin klo ketemu bokap lu, Pral?" dengan semangat dimatanya dy bilang " mau gw marahin dy!" saking dahsyatnya cerita Kopral, gw sampai gak rela memotong setiap omongannya.

sedangkan orang kedua yang gw wawancarai adalah seorang pelukis di Pasar Seni ITB bernama Adrikana.
kenapa kami memilih orang ini? simpel, hanya dia pelukis yang sedang ada digalerinya. galeri2 yang lain tidak ada pelukis yang menunggui. tapi 5 menit kemudian, gw sadar bahwa gw udah memilih orang yang tepat. pelukis denga perawakan mirip Harry Roesly ini bahkan harus membayar mahal untuk menjadi seorang pelukis sebenarnya, bukan hanya sebagai hobi tapi hidup dari lukisannya itu sendiri. adrikana dahulu adalah seorang kontraktor dan memiliki sebuah optik, namun untuk mencapai hasrat melukisnya dia rela melepaskan kenyamanan hidupnya dari usaha itu dengan menjualnya dan beralih membuka galeri dan sanggar lukis sampai sekarang.

banyak banget yang gw dapet dari mereka, dari cerita mereka, dari pengalaman mereka.
ada dua kesamaan yang gw dapet dari dua orang ini.
Pertama, mereka berdua rela melepaskan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup mereka.
kata Kopral, dulu dia tinggal nunggu aja setoran duit dari anak2 yang bertugas ngemis, nyopet, ngamen dan lain2. sekarang dia harus berusaha keras bekerja membanting tulang untuk mendapat sedikit uang halal, tapi imbalannya adalah kehidupan bersih yang lebih baik.
sedangkan Pak Adrikana, beliau rela melepaskan pekerjaan kontraktor dan OPtik yang sudah pasti pendapatannya dan memberikan waktu yang lebih banyak untuknya bertemu keluarga dibanding pekerjaan melukis yang menyita waktu, tenaga dan pikiran.

kesamaan kedua mereka yaitu mereka sama-sama ingin membuat buku biografi dirinya. mereka ingin memberikan inspirasi bagi orang lain dan memberikan sebuah wacana baru bagi pemikiran orang2 yang berfikir bahwa dunia hanya tentang baik dan buruk, hitam dan putih.

ketika tadi gw sedang nyetir untuk pulang sehabis workshop, gw menyadari bahwa gak perlu susah2 untuk mencari inspirasi akan sesuatu. gw udah dua kali dalam dua hari membuktikannya. yang harus gw lakukan hanya membuka diri, turun ke jalan, pilih orang secara acak sesuka hati, interview dari hati kehati, perlahan masuk ke inti, dan gw bakal dapat sebuah cerita, pengalaman yang gak pernah gw bayangkan sebelumnya.

Gw bingung ketika harus mengakhiri artikel Profil mereka. Gw merasa harus membuat sebuah 'closing' yang keren, yang bisa memberikan efek dramatis. tapi kemudian gw sadar, cerita tentang hidup mereka sendiri sebenarnya adalah merupakan pembuka dan penutup yang dramatis dan mengagumkan. sebuah kalimat yang tidak diperlukan hanya akan merusak harmony ceritanya.

1 komentar: